Multilingualisme Meningkatkan Keterampilan Kognitif dan Kesempatan Pendidikan
Dalam beberapa tahun terakhir, multilingualisme telah menjadi fokus perhatian di berbagai sektor, terutama pendidikan. Data terbaru menunjukkan bahwa semakin banyak siswa di Amerika Serikat yang lulus dengan kemampuan multilingual. Menurut laporan dari Education Week, jumlah siswa yang mendapatkan segel biliterasi meningkat dari 147.937 pada tahun ajaran 2021-2022 menjadi 158.384 pada tahun ajaran 2022-2023. Hal ini mencerminkan komitmen untuk mengakui kemampuan bahasa kedua di kalangan siswa, baik yang merupakan pembelajar bahasa Inggris maupun penutur asli.
Penelitian dari UCLA menunjukkan bahwa multilingualisme dapat meningkatkan keterampilan kognitif, terutama pada anak-anak dengan autisme. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan multilingual menunjukkan kemampuan eksekutif yang lebih baik, termasuk fokus dan pemahaman perspektif orang lain, serta pengurangan perilaku repetitif. Penelitian ini menegaskan bahwa berbicara dalam beberapa bahasa tidak hanya bermanfaat untuk komunikasi, tetapi juga untuk perkembangan kognitif yang lebih baik.
Di tingkat sekolah, program dual-immersion semakin berkembang, seperti yang terlihat di Richmond, Virginia, di mana siswa belajar dalam dua bahasa secara bersamaan. Program ini tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasa, tetapi juga memperkuat keterampilan akademis di berbagai mata pelajaran.
Di Indonesia, praktik multilingualisme telah lama ada di lingkungan pesantren. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan multilingual santri tidak hanya meningkatkan pengetahuan bahasa, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan sikap moderasi beragama. Melalui pendekatan additive multilingualism, santri belajar menggunakan beberapa bahasa secara bersamaan tanpa menghilangkan bahasa ibu mereka. Ini menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran, di mana perbedaan bahasa menjadi jembatan untuk membangun persaudaraan dan mengurangi potensi konflik.
Praktik ini juga terlihat dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa di pesantren, yang membantu santri mengembangkan keterampilan bahasa mereka sambil tetap menghormati nilai-nilai lokal. Dengan demikian, multilingualisme di pesantren tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat komitmen nasional dan toleransi antarbudaya.
Dengan semakin banyaknya inisiatif untuk mendukung multilingualisme, masa depan pendidikan tampak semakin inklusif dan beragam, baik di tingkat global maupun lokal.
referensi:
Subair, M., Muslim, A., & Nur, M. (2024). Multilingualism, Technology, and Religious Moderation in Indonesian Islamic Boarding Schools. International Journal of Language Education, 8(3), 550-563. https://ojs.unm.ac.id/ijole/article/download/66498/28607